Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6: 33)

Sabtu, 25 Februari 2012

INDIVIDUALISME DI DALAM TRANSPORTASI UMUM

Siang ini gue menempuh perjalanan balik dari Salatiga, Jawa Tengah, menuju rumah gue di Yogyakarta. Sebelumnya, gue ada training Hidup Tanpa Sesal yang diselenggarakan oleh organisasi Fokus Pada Keluarga (Focus on The Family) dari hari sebelumnya.

Gue naik bus Solo-Semarang yang menuju ke arah Solo. Jadi gue ke Solo dulu, kemudian baru naik kereta api ke Jogja (nggak ada bus yang langsung ke Jogja dari Salatiga). Gila! Busnya penuh banget. Gue masuk dengan susah payah, menjejalkan diri sendiri di tengah-tengah penumpang-penumpang berdiri lainnya yang sudah lebih dulu memadati bus.

Beberapa menit kemudian, masih dalam keadaan penuh dengan penumpang-penumpang berdiri, naiklah sebuah sepasang suami isteri (kayaknya) dengan dua anak mereka yang masih kecil. Anak perempuan sudah sedikit lebih tua daripada adik laki-lakinya. Tapi tetep aja, anak kecil. Mereka pun bergabung dengan penumpang-penumpang lainnya, berdiri di dalam bus. Mereka nggak digendong, tapi ikut berdiri seperti layaknya penumpang dewasa. Bahkan si anak laki-laki sempat hampir menangis ketika bus cepat itu mengerem mendadak.

Tidak ada penumpang yang menawarkan tempat duduknya untuk mereka.
Bahkan tidak ada juga penumpang yang membantu dengan sekedar memangku dua anak kecil itu.

Gue melihat berkeliling. Sebagian penumpang sedang tidur. Sebagian lainnya hanya memandang jendela, seolah ingin menepis perasaan tidak enak karena melihat anak-anak kecil itu tidak mendapat tempat duduk.

Kejadian ini berulang lagi pada moda transportasi selanjutnya.

Gue turun di Terminal Tirtonadi, Solo, kemudian berjalan kaki menuju Terminal Balapan untuk melanjutkan perjalanan dengan kereta komuter. Gue nunggu hampir sejam sampai kereta yang ditunggu tiba. Lagi, gue nggak dapet tempat duduk :'(
Seorang wanita muda kemudian memposisikan dirinya di deket gue. Sama-sama berdiri. Dia lumayan cantik, menggendong seorang anak kecil seraya salah satu tangannya berpegangan untuk menjaga keseimbangan. Gue kembali melihat berkeliling, kembali mendapati wajah-wajah tak peduli. Mereka semua masih terjaga, namun tidak melakukan apapun untuk wanita muda yang sedang membutuhkan bantuan itu.

Dalam hati gue berkata: "Ya Tuhan, inikah potret masyarakat Indonesia saat ini?" Yang lebih parah, ini terjadi di tanah kelahiran gue. Tanah Jawa yang senantiasa gue bangga-banggakan karena keramahannya, kreativitasnya, kebudayaannya, dan keunikannya.  Hei, ke mana hati nurani Anda semua? Apa memang sudah tidak punya? Apa hati nurani Anda terlalu kecil untuk bersaing dengan keegoisan Anda?

Bahkan jika Anda adalah sama-sama perempuan, jangan sungkan-sungkan menawarkan tempat duduk Anda. Saya percaya wanita adalah makhluk yang kuat. Karena itu wanita menjadi "penolong" bagi pria. Jangan bermanja-manja dan sok lemah di saat orang lain membutuhkan bantuan seperti itu. Dan buat Anda semua kaum laki-laki, Anda tidak malu dengan berdiam diri seperti itu? Gue miris melihat fenomena ini.

Yang lebih parah adalah orang yang menggunakan atribut keagamaan mereka (jilbab, kalung salib, dsb), tapi sama tidak pedulinya dengan orang-orang lain. Mas, Mbak, memakai atribut keagamaan itu nggak asal pakai. Kalau Anda memakai atribut keagamaan seperti itu tapi tidak memberikan sikap dan perilaku yang sesuai, Anda mempermalukan TUHAN Anda sendiri. Buat yang muslim, bukankah itu kesempatan untuk mendapatkan pahala? buat yang Kristen, bukankah itu kesempatan untuk menunjukkan kemuliaan Allah? Setiap agama pasti menganjurkan untuk berbuat baik pada sesama kan?

Asal tahu saja, orang-orang Eropa dan Amerika yang selalu kalian hujat itu, bisa memberikan respek yang lebih baik kepada sesamanya. Mereka itu banyak yang agnostik, atheis, tapi kepedulian mereka pada sesama malah lebih tinggi daripada kita yang ngakunya orang beragama.

Benar kata Alkitab, bahwa kasih pada sesama sudah lenyap. Akhir zaman sudah dekat. Gue cuma bisa berharap, masih ada cukup banyak orang di luar sana yang peduli dengan sesamanya. Dari contoh simpel aja, memberikan tempat duduk bagi ibu menyusui, anak-anak, dan lansia. Percaya deh, kebahagiaan dari berbuat baik itu tiada bandingannya.

Makasih buat yang udah mau baca. Maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan, tapi gue cuma pengen berbagi isi hati gue. Tuhan memberkati :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar