Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6: 33)

Minggu, 26 Februari 2012

REVIEW KHOTBAH: EMPAT WAJAH KAIROS

Halo, Nugiliciouz (nama untuk fandom dan follower gue hahahaha). Sekarang gw mau sharing nih, tentang apa yg gue dapet dari khotbah hari Minggu kemarin di GBI Aletheia, Jl. Magelang 141-143, Yogyakarta (promosi). Hari itu adalah hari di mana gue pertama kalinya beribadah di gereja itu, karena gue telat untuk dateng ibadah di gereja gue yang sebenarnya .____.

Sebelumnya, maaf gue nggak tahu siapa nama gembala sidangnya. Yang jelas orangnya masih cukup muda. Dia membawakan khotbah berjudul Empat Wajah Kairos, yang masih merupakan kelanjutan dari tema besar THE YEAR OF HEAVENLY KAIROS.

Dalam Perjanjian Lama, bahasa Yunani mengenal dua buah kata untuk menyebut "waktu". Kata pertama adalah "Chronos", yang merujuk pada detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dst. Sedangkan kata kedua adalah "Kairos", yang merujuk pada waktu yang merupakan peluang bagi kita. Gue coba kasih sedikit contoh. "Chronos" digunakan dalam kalimat seperti ini: "Kapan waktu penyelenggaraan acara ini?" sedang "Kairos" digunakan dalam kalimat ini: "Sekaranglah waktunya!". Bisa dipahami lah yaa :D

Dalam mitologi Yunani, Kairos digambarkan sebagai makhluk suci yang memiliki sepasang sayap di punggung dan tumit kakinya. Kepalanya botak di belakang, namun gondrong di bagian depan. Gambaran tersebut berbicara tentang Kairos yang selalu datang dan pergi, tidak bisa dikejar dari belakang, harus segera ditangkap dari depan begitu ia datang.

Berikut adalah penjabaran dari 4 wajah Kairos.

Yang pertama, Kairos adalah hak kedaulatan TUHAN. TUHAN memilih Israel sebagai umat pilihan-Nya, bukannya Mesir yang lebih besar bangsanya dan lebih terpelajar (Ulangan 7: 7-9). Contoh lainnya, TUHAN mengasihi Yakub. Bisa dikatakan, hak kedaulatan ini adalah hak prerogatif, di mana apa yang sudah ditetapkan TUHAN tidak dapat diganggu gugat.

Roh Kudus mencegah Paulus melayani di Asia dengan memberikan penglihatan orang Makedonia (Eropa) yang meminta tolong. Di sini, kairos Eropa sudah tiba. Saat itu Asia sudah memiliki kepercayaan, seperti Hindu, Buddha, dan Tao, sehingga penginjilan ke sana akan sangat sulit karena kepercayaan itu sudah mendarahdaging.

Kairos TUHAN untuk Rusia terjadi pada Natal 1991 melalui Mikhail Gorbachev yang pemikirannya lebih terbuka dengan paham Perestroika-nya. Uni Sovyet bubar dan melahirkan 15 negara baru. Sebelumnya, Uni Sovyet dikuasai oleh Vladimir Lenin yang diktator dan komunis.

Jadi, ketika Kairos TUHAN tiba, manusia tak bisa mencegahnya. Sabar saja ya menunggu kairos Tuhan untuk kelulusan, pekerjaan, jodoh, atau momongan kita :)

Yang kedua, Kairos mengandung banyak kejutan. Kairos datang pada orang yang tidak disangka-sangka. Seperti yang dikatakan dalam 1 Korintus 1: 27-29, "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah."

Tokoh-tokoh Alkitab yang menerima Kairos seperti itu ada banyak, seperti Daud, Gideon, dan Amos. Sementara tokoh-tokoh dunia saat ini, kita bisa melihatnya pada William Seymour. Dia adalah anak budak kulit hitam yang pincang dan bermata satu, yang kemudian mengadakan KKR setiap haru selama satu tahun, dan akhirnya menjadi founder aliran gereja karismatik atau pantekosta. Ada lagi Franklin Delano Roosevelt yang terkena folio pada umur 9 tahun sehingga harus berjalan dengan kursi roda. Kairosnya tiba pada 1933 saat dia terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, dan kemudian terpilih kembali sampai 4 kali.

Jadi, jangan ada yang merasa rendah diri dan tidak berguna, karena kita diciptakan sesuai dengan rupa dan gambar Allah. Ada potensi besar di dalam diri kita :)

Yang ketiga, Kairos berkaitan dengan rencana kekal TUHAN.  Misalnya, kenyataan bahwa kita lahir dan tinggal di Indonesia, lebih tepatnya Bandung, atau Yogyakarta, atau Jakarta, dsb, adalah rencana TUHAN. Bukan sekedar kebetulan. Coba baca Kisah Para Rasul 17: 26, "Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa da umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka."

Efesus 1: 4, "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya."

Perjalanan kita sebagai anak TUHAN menuju kekekalan ini dijabarkan dalam Roma 8: 30, "Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga yang dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya."

Yang terakhir, Kairos erat kaitannya dengan Hukum Tabur-Tuai. Galatia 6: 7-9 mengatakan bahwa, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituai-Nya. Sebab barangsiapa menabur dalam daging-Nya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah."

Adalah seorang pembantu bernama Timah. Sebenarnya dia adalah seorang Muslim, namun dia melihat keluarga majikannya setiap hari Minggu pergi ke gereja. Sepulangnya dari gereja, mereka senantiasa terlihat penuh sukacita. Penasaran, pembantu itu meminta agar dia diperbolehkan ikut beribadah di gereja. Tentu saja diperbolehkan dengan senang hati oleh majikannya. Timah pun memperoleh sukacita seperti keluarga majikannya. Dia memantapkan diri untuk menjadi pengikut Kristus. Suatu hari, sang pendeta menyampaikan firman tentang Perpuluhan. Dia bertanya kepada majikannya, "Perpuluhan itu apa?" Majikannya kemudian menjawab, "Jika kamu memiliki penghasilan, berikanlah sepersepuluhnya untuk TUHAN. Itu bagian-Nya." Timah pun dengan sukacita memberikan perpuluhan tiap bulannya, tidak pedulu betapa gajinya juga tidak terlalu besar.
Suatu saat, besan dari sang majikan menelepon (besannya itu orang Belanda). Dia ingin berkunjung ke Indonesia untuk rekreasi. Timah pun diminta sang majikan untuk menemani besannya itu jalan-jalan ke berbagai tempat, membantu mendorong kursi rodanya ke mana-mana. Sekembalinya ke Belanda, teman si besan melihat foto-foto rekreasi si besan di Indonesia. Dia tertarik dengan seorang wanita muda yang selalu ada dalam setiap foto, di belakang kursi roda si besan. Duda itu jatuh cinta dengan Timah. Dia kemudian menghubungi Timah (mati-matian mencari nomor telefonnya) hingga akhirnya pergi ke Indonesia hanya untuk menemui Timah. Timah pun diperistri duda Belanda itu. Dia diboyong ke Belanda, dan sukses menjadi nyonya besar di sana.


Gue harap, sharing gue kali ini dapat menjadi berkat buat temen-temen semua :)

Sabtu, 25 Februari 2012

INDIVIDUALISME DI DALAM TRANSPORTASI UMUM

Siang ini gue menempuh perjalanan balik dari Salatiga, Jawa Tengah, menuju rumah gue di Yogyakarta. Sebelumnya, gue ada training Hidup Tanpa Sesal yang diselenggarakan oleh organisasi Fokus Pada Keluarga (Focus on The Family) dari hari sebelumnya.

Gue naik bus Solo-Semarang yang menuju ke arah Solo. Jadi gue ke Solo dulu, kemudian baru naik kereta api ke Jogja (nggak ada bus yang langsung ke Jogja dari Salatiga). Gila! Busnya penuh banget. Gue masuk dengan susah payah, menjejalkan diri sendiri di tengah-tengah penumpang-penumpang berdiri lainnya yang sudah lebih dulu memadati bus.

Beberapa menit kemudian, masih dalam keadaan penuh dengan penumpang-penumpang berdiri, naiklah sebuah sepasang suami isteri (kayaknya) dengan dua anak mereka yang masih kecil. Anak perempuan sudah sedikit lebih tua daripada adik laki-lakinya. Tapi tetep aja, anak kecil. Mereka pun bergabung dengan penumpang-penumpang lainnya, berdiri di dalam bus. Mereka nggak digendong, tapi ikut berdiri seperti layaknya penumpang dewasa. Bahkan si anak laki-laki sempat hampir menangis ketika bus cepat itu mengerem mendadak.

Tidak ada penumpang yang menawarkan tempat duduknya untuk mereka.
Bahkan tidak ada juga penumpang yang membantu dengan sekedar memangku dua anak kecil itu.

Gue melihat berkeliling. Sebagian penumpang sedang tidur. Sebagian lainnya hanya memandang jendela, seolah ingin menepis perasaan tidak enak karena melihat anak-anak kecil itu tidak mendapat tempat duduk.

Kejadian ini berulang lagi pada moda transportasi selanjutnya.

Gue turun di Terminal Tirtonadi, Solo, kemudian berjalan kaki menuju Terminal Balapan untuk melanjutkan perjalanan dengan kereta komuter. Gue nunggu hampir sejam sampai kereta yang ditunggu tiba. Lagi, gue nggak dapet tempat duduk :'(
Seorang wanita muda kemudian memposisikan dirinya di deket gue. Sama-sama berdiri. Dia lumayan cantik, menggendong seorang anak kecil seraya salah satu tangannya berpegangan untuk menjaga keseimbangan. Gue kembali melihat berkeliling, kembali mendapati wajah-wajah tak peduli. Mereka semua masih terjaga, namun tidak melakukan apapun untuk wanita muda yang sedang membutuhkan bantuan itu.

Dalam hati gue berkata: "Ya Tuhan, inikah potret masyarakat Indonesia saat ini?" Yang lebih parah, ini terjadi di tanah kelahiran gue. Tanah Jawa yang senantiasa gue bangga-banggakan karena keramahannya, kreativitasnya, kebudayaannya, dan keunikannya.  Hei, ke mana hati nurani Anda semua? Apa memang sudah tidak punya? Apa hati nurani Anda terlalu kecil untuk bersaing dengan keegoisan Anda?

Bahkan jika Anda adalah sama-sama perempuan, jangan sungkan-sungkan menawarkan tempat duduk Anda. Saya percaya wanita adalah makhluk yang kuat. Karena itu wanita menjadi "penolong" bagi pria. Jangan bermanja-manja dan sok lemah di saat orang lain membutuhkan bantuan seperti itu. Dan buat Anda semua kaum laki-laki, Anda tidak malu dengan berdiam diri seperti itu? Gue miris melihat fenomena ini.

Yang lebih parah adalah orang yang menggunakan atribut keagamaan mereka (jilbab, kalung salib, dsb), tapi sama tidak pedulinya dengan orang-orang lain. Mas, Mbak, memakai atribut keagamaan itu nggak asal pakai. Kalau Anda memakai atribut keagamaan seperti itu tapi tidak memberikan sikap dan perilaku yang sesuai, Anda mempermalukan TUHAN Anda sendiri. Buat yang muslim, bukankah itu kesempatan untuk mendapatkan pahala? buat yang Kristen, bukankah itu kesempatan untuk menunjukkan kemuliaan Allah? Setiap agama pasti menganjurkan untuk berbuat baik pada sesama kan?

Asal tahu saja, orang-orang Eropa dan Amerika yang selalu kalian hujat itu, bisa memberikan respek yang lebih baik kepada sesamanya. Mereka itu banyak yang agnostik, atheis, tapi kepedulian mereka pada sesama malah lebih tinggi daripada kita yang ngakunya orang beragama.

Benar kata Alkitab, bahwa kasih pada sesama sudah lenyap. Akhir zaman sudah dekat. Gue cuma bisa berharap, masih ada cukup banyak orang di luar sana yang peduli dengan sesamanya. Dari contoh simpel aja, memberikan tempat duduk bagi ibu menyusui, anak-anak, dan lansia. Percaya deh, kebahagiaan dari berbuat baik itu tiada bandingannya.

Makasih buat yang udah mau baca. Maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan, tapi gue cuma pengen berbagi isi hati gue. Tuhan memberkati :)